"Kesehatan Mahal Harganya". Kalimat ini semakin diamini oleh segenap lapisan masyarakat di zaman
sekarang ini. Bagaimana tidak? Anda bisa saja punya uang milyaran
rupiah, namun bila anda tidak dalam keadaan sehat bisakah anda menikmati
kekayaan anda tersebut?
Kesadaran masyarakat yang meningkat ini berdampak pada tumbuh pesatnya industri kesehatan sekunder. Industri kesehatan semacam ini menawarkan berbagai macam produk mulai dari produk relaksasi, produk penyaring air, produk pembersih udara dan juga produk-produk suplemen. Di antara industri-industri tersebut yang paling diiklankan secara gencar adalah produk suplemen.
Tak ada hari tanpa kita melihat iklan televisi maupun media cetak menayangkan produk suplemen ini. Beberapa memang merupakan khasiat yang sudah diakui dunia medis, seperti minyak ikan Cod yang membantu pertumbuhan dan vitamin C yang membantu menjaga imunitas tubuh.
Namun tak jarang pula beberapa suplemen diiklankan dengan sangat berlebihan dengan fakta medis yang sangat lemah, seperti suplemen kalsium yang bisa menyembuhkan kanker, cairan imun yang diteteskan di balik lidah yang bisa mengobati Hepatitis B, maupun sirup ekstrak tumbuhan yang bisa mengobati penyakit ini dan itu. Biasanya golongan kedua ini tidak menggunakan televisi ataupun media cetak sebagai media promosi mereka, mereka lebih memilih promosi mulut ke mulut demi mengurangi kemungkinan tuntutan yang mungkin terjadi.
Kita tentunya harus waspada pada golongan kedua ini. Bila kita termakan janji-janji akan “keajaiban” suplemen ini bisa saja bukannya tambah sehat malah akan berdampak buruk bagi kantong dan kesehatan kita.
Berikut ini akan penulis berikan rambu-rambu mengkonsumsi konsumen ini
a. Suplemen adalah sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam makanan kita
= Suplemen sebenarnya adalah sesuatu yang terkandung dalam makanan kita, anda dapat menemukan vitamin C dalam jus jeruk segar, anda juga dapat menemukan serat sehat dalam sayur-sayuran anda, zat besi terdapat dalam sayuran dan hati ayam maupun sapi. Suplemen sebenarnya adalah suatu cara darurat untuk mengatasi kemungkinan pola makan anda yang kurang seimbang.
Bila anda bisa mencukupi kebutuhan nutrisi anda dari makanan sehari-hari anda maka sesungguhnya suplemen ini tidak diperlukan
b. Terdaftar di BPOM dan FDA
= Seringkali ini merupakan senjata utama iklan produk-produk suplemen ini. Mari kita cermati kepanjangan dari masing-masing lembaga berikut. BPOM = Badan Pengawas Obat dan Makanan, FDA = Food and Drug Administration. Lembaga-lembaga ini akan memberikan ijin asal produk mereka aman dikonsumsi. Jelaslah sudah suplemen ini digolongkan sebagai “makanan”, maka sebenarnya klaim untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tidak bisa diterima.
c. Suplemen yang baik mempunyai penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan
= Suplemen yang baik pasti telah melalui serangkaian penelitian dengan metodologi yang baik sebelum dilepaskan ke pasaran. Suplemen kelas “abal-abal” biasanya hanya menyertakan testimoni dari pengguna produk mereka (yang kadang juga merupakan member penjual suplemen tersebut). Kadang mereka mencantumkan penelitian yang mengklaim khasiat suplemen mereka, namun penelitian ini ternyata tidak terdaftar di jurnal-jurnal terpercaya semacam NEJM (New England Journal of Medicine), AJCN (american journal of clinical nutrition)AMJMED, dsb. Klaim penelitian mereka hanya dipublish di media-media di mana semua orang bisa mengungkapkan pendapat mereka seperti wordpress maupun website produk mereka sendiri.
Bukankah bila produk mereka benar-benar bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang selama ini masih merupakan momok di dunia medis mereka akan mendapatkan perhatian khusus dan bahkan mungkin hadiah Nobel? Mengapa kita sulit sekali menemukan jurnal medisnya? Kita patut curiga!!!
Note : Anda sebaiknya tidak mempercayai begitu saja sebuah testimoni, apalagi testimoni dari seseorang yang mendapatkan keuntungan dari testimoni tersebut.
Anda bisa mengecek keabsahan klaim mereka di web-web medis seperti http://content.nejm.org/ ataupun www.freemedicaljournals.com bila anda merasa bahasa yang digunakan dalam web tersebut terlalu rumit, anda bisa mencari di Wikipedia. Jangan menggunakan google karena klaim yang masuk google tidak disaring sehingga siapapun bisa memposting pendapatnya, walaupun tanpa dasar medis yang memadai.
d. Berhati-hatilah pada suplemen yang tidak berani mengiklankan produknya di media massa
= Dengan memasukkan iklan anda ke media massa, berarti produk anda akan diawasi oleh Depkominfo, YLKI, dan kalangan medis dan professional. Produsen suplemen “abal-abal” seringkali menghindari iklan di media massa ini, mereka lebih memilih promosi dari mulut ke mulut ataupun melalui website atau brosur.
e. Tidak semua orang aman mengkonsumsi suplemen
= Suplemen yang mendapat registrasi dari BPOM dan FDA tentu saja aman dikonsumsi orang sehat. Namun terdapat beberapa penyakit tertentu seperti penyakit ginjal, kanker, dsb yang mempunyai banyak sekali pantangan. Bahkan pisang pun dapat membunuh seorang penderita penyakit ginjal yang sudah parah. Jadi ada baiknya sebelum mengkonsumsi suplemen anda berkonsultasi dengan dokter anda. (http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=di-balik-klaim-sesat-keajaiban-suplemen.html&Itemid=314)
Kesadaran masyarakat yang meningkat ini berdampak pada tumbuh pesatnya industri kesehatan sekunder. Industri kesehatan semacam ini menawarkan berbagai macam produk mulai dari produk relaksasi, produk penyaring air, produk pembersih udara dan juga produk-produk suplemen. Di antara industri-industri tersebut yang paling diiklankan secara gencar adalah produk suplemen.
Tak ada hari tanpa kita melihat iklan televisi maupun media cetak menayangkan produk suplemen ini. Beberapa memang merupakan khasiat yang sudah diakui dunia medis, seperti minyak ikan Cod yang membantu pertumbuhan dan vitamin C yang membantu menjaga imunitas tubuh.
Namun tak jarang pula beberapa suplemen diiklankan dengan sangat berlebihan dengan fakta medis yang sangat lemah, seperti suplemen kalsium yang bisa menyembuhkan kanker, cairan imun yang diteteskan di balik lidah yang bisa mengobati Hepatitis B, maupun sirup ekstrak tumbuhan yang bisa mengobati penyakit ini dan itu. Biasanya golongan kedua ini tidak menggunakan televisi ataupun media cetak sebagai media promosi mereka, mereka lebih memilih promosi mulut ke mulut demi mengurangi kemungkinan tuntutan yang mungkin terjadi.
Kita tentunya harus waspada pada golongan kedua ini. Bila kita termakan janji-janji akan “keajaiban” suplemen ini bisa saja bukannya tambah sehat malah akan berdampak buruk bagi kantong dan kesehatan kita.
Berikut ini akan penulis berikan rambu-rambu mengkonsumsi konsumen ini
a. Suplemen adalah sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam makanan kita
= Suplemen sebenarnya adalah sesuatu yang terkandung dalam makanan kita, anda dapat menemukan vitamin C dalam jus jeruk segar, anda juga dapat menemukan serat sehat dalam sayur-sayuran anda, zat besi terdapat dalam sayuran dan hati ayam maupun sapi. Suplemen sebenarnya adalah suatu cara darurat untuk mengatasi kemungkinan pola makan anda yang kurang seimbang.
Bila anda bisa mencukupi kebutuhan nutrisi anda dari makanan sehari-hari anda maka sesungguhnya suplemen ini tidak diperlukan
b. Terdaftar di BPOM dan FDA
= Seringkali ini merupakan senjata utama iklan produk-produk suplemen ini. Mari kita cermati kepanjangan dari masing-masing lembaga berikut. BPOM = Badan Pengawas Obat dan Makanan, FDA = Food and Drug Administration. Lembaga-lembaga ini akan memberikan ijin asal produk mereka aman dikonsumsi. Jelaslah sudah suplemen ini digolongkan sebagai “makanan”, maka sebenarnya klaim untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tidak bisa diterima.
c. Suplemen yang baik mempunyai penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan
= Suplemen yang baik pasti telah melalui serangkaian penelitian dengan metodologi yang baik sebelum dilepaskan ke pasaran. Suplemen kelas “abal-abal” biasanya hanya menyertakan testimoni dari pengguna produk mereka (yang kadang juga merupakan member penjual suplemen tersebut). Kadang mereka mencantumkan penelitian yang mengklaim khasiat suplemen mereka, namun penelitian ini ternyata tidak terdaftar di jurnal-jurnal terpercaya semacam NEJM (New England Journal of Medicine), AJCN (american journal of clinical nutrition)AMJMED, dsb. Klaim penelitian mereka hanya dipublish di media-media di mana semua orang bisa mengungkapkan pendapat mereka seperti wordpress maupun website produk mereka sendiri.
Bukankah bila produk mereka benar-benar bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang selama ini masih merupakan momok di dunia medis mereka akan mendapatkan perhatian khusus dan bahkan mungkin hadiah Nobel? Mengapa kita sulit sekali menemukan jurnal medisnya? Kita patut curiga!!!
Note : Anda sebaiknya tidak mempercayai begitu saja sebuah testimoni, apalagi testimoni dari seseorang yang mendapatkan keuntungan dari testimoni tersebut.
Anda bisa mengecek keabsahan klaim mereka di web-web medis seperti http://content.nejm.org/ ataupun www.freemedicaljournals.com bila anda merasa bahasa yang digunakan dalam web tersebut terlalu rumit, anda bisa mencari di Wikipedia. Jangan menggunakan google karena klaim yang masuk google tidak disaring sehingga siapapun bisa memposting pendapatnya, walaupun tanpa dasar medis yang memadai.
d. Berhati-hatilah pada suplemen yang tidak berani mengiklankan produknya di media massa
= Dengan memasukkan iklan anda ke media massa, berarti produk anda akan diawasi oleh Depkominfo, YLKI, dan kalangan medis dan professional. Produsen suplemen “abal-abal” seringkali menghindari iklan di media massa ini, mereka lebih memilih promosi dari mulut ke mulut ataupun melalui website atau brosur.
e. Tidak semua orang aman mengkonsumsi suplemen
= Suplemen yang mendapat registrasi dari BPOM dan FDA tentu saja aman dikonsumsi orang sehat. Namun terdapat beberapa penyakit tertentu seperti penyakit ginjal, kanker, dsb yang mempunyai banyak sekali pantangan. Bahkan pisang pun dapat membunuh seorang penderita penyakit ginjal yang sudah parah. Jadi ada baiknya sebelum mengkonsumsi suplemen anda berkonsultasi dengan dokter anda. (http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=di-balik-klaim-sesat-keajaiban-suplemen.html&Itemid=314)
0 comments:
Post a Comment